- Berani berbuat, maka harus berani bertanggungjawab. Berani mengusik lingkungan dengan memasang atribut parpol, semestinya berani pula membersihkan dan merapikannya kembali.

Demikian ditegaskan Hidayat Nur Wahid (HNW), Caleg DPR RI Dapil Jakarta 2 (Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Hidayat sendiri kemarin bersama sejumlah kader PKS, mencopoti atribut-atribut partai dan atribut pencalegan dirinya di sekitar tempat tinggalnya di Kemang, Jakarta Selatan.

"Ya inilah pelajaran yang bisa dipetik. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Kita yang memasang, kita pula yang seharusnya melepaskannya kembali. Lingkungan yang sebelumnya terusik oleh atribut pesta demokrasi 5 tahunan, harus kita kembalikan seperti semula, bersih dan rapi," tutur Hidayat.

Hidayat tampak tak canggung naik turun tangga melepaskan atribut PKS dan atribut pencalegan dirinya yang terikat kawat di sejumlah tiang listrik. Selain para kader PKS, Hidayat juga dibantu putra keempatnya, Hubaib Shidiqi yang masih duduk di bangku SMA. Sesekali bapak dan anak itu bergantian menaiki tangga.

Menurut Hidayat, sejak Sabtu (5/4) malam, para kader dan simpatisan sudah mulai mencopoti atribut yang mereka pasang sejak masa kampanye dimulai. Jika pada hari pertama masa tenang masih ada atribut yang terpasang, Hidayat berharap masyarakat bisa memaklumi.

"Kalau masih belum bersih semua, mohon dimaafkan. Mungkin para caleg dan timsesnya masih kecapekan kampanye. Teman-teman sebagian besar juga baru bisa beraksi mencopoti atribut ini di malam hari, karena pagi sampai sore mereka juga bekerja dan beraktivitas lainnya," ujar Hidayat.

Hidayat berharap, semua pihak segera melepaskan atribut yang mereka pasang. "Dengan demikian ruang publik kembali rapi dan bersih dan nyaman. Warga juga bisa menikmati masa tenang sambil merenungkan dan menimbang-nimbang untuk pada akhirnya memutuskan pilihan cerdas di 9 April besok," pungkasnya.

Laela, Nur. Berani Berbuat, Berani Berani Bertanggung Jawab (Menanamkan Karakter Tanggung Jawab). Tangerang Selatan: Tirtamedia, 2016. Online.

Laela, Nur. Berani Berbuat, Berani Berani Bertanggung Jawab (Menanamkan Karakter Tanggung Jawab). Tangerang Selatan: Tirtamedia, 2016.

Laela, Nur. Berani Berbuat, Berani Berani Bertanggung Jawab (Menanamkan Karakter Tanggung Jawab). Tangerang Selatan: Tirtamedia, 2016.

Laela, Nur. (2016). Berani Berbuat, Berani Berani Bertanggung Jawab (Menanamkan Karakter Tanggung Jawab). Tangerang Selatan: Tirtamedia.

Laela, Nur, 2016, Berani Berbuat, Berani Berani Bertanggung Jawab (Menanamkan Karakter Tanggung Jawab), Tangerang Selatan, Tirtamedia.

Nur Laela. Berani Berbuat, Berani Berani Bertanggung Jawab (Menanamkan Karakter Tanggung Jawab). Tangerang Selatan: Tirtamedia, 2016.

Apakah kita seorang pengecut?, tentu siapa saja yang ditanya seperti itu pasti akan menjawab, Saya bukan seorang pengecut, Saya seorang pemberani. Lalu dengan penuh semangat memberikan sejumlah alasan sebagai penguat argumentasi.

Padahal banyak alasan yang baru dibuat pada saat ditanya, bukan alasan berdasarkan fakta yang ada. Alasan yang dibuat demi membela diri.

Itulah yang kita hadapi sekarang, banyak orang mengaku  pemberani tetapi perbuatannya selalu mengabarkan kepengecutan mereka dihadapan orang lain. Berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab, lalu melempar bola panas ke orang lain.

Hebatnya lagi orang-orang ini biasanya lebih ‘beruntung’ dibandingkan orang lain, dengan pengalamannya mereka mampu menapak ke posisi yang lebih tinggi. Mereka bisa memanfaatkan orang lain untuk kepentingan sendiri.

Sementara orang2 dibawahnya hanya mendapatkan sisa-sisa.

Dari mulai lingkungan keluarga terkecil, kadang kita tidak berani mengaku salah, kepada istri, kepada anak, kepada keluarga terdekat, kata maaf lebih susah untuk terucap. Bertanggung jawab lebih susah dilakukan kepada orang2 terdekat kita.

Di lingkungan pekerjaan dan masyarakat juga sama, semakin banyak orang yang berani berbuat, tapi lupa dan lari dari kewajiban untuk bertanggung jawab. Ada orang yang hobinya memanfaatkan orang lain, kemudian memetik hasil kerja keras orang lain,  ada juga orang yang sibuk menyalahkan orang lain ketika masalah datang, demi keselamatan diri sendiri.

Mereka ada dimana-mana, dan salah satunya mungkin kita. Sungguh luar biasa, saking anehnya tidak memahami bahwa kita adalah seorang pengecut. Berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab, sering terjadi di kehidupan kita.

Jangan2 inilah kepribadian kita yang baru. Pribadi pengecut, pribadi penjilat. Demi kepentingan sendiri, mempersulit orang lain.

Mudah2an kita semua segera sadar, dan berani bertanggung jawab atas segala perbuatan yang kita lakukan.

Cikarang/14 Februari 2012/22.56

Mari intropeksi diri sekali lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Pendidikan Selengkapnya

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya atau menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

Berani berbuat berani bertanggung jawab?

Kalimat ini dapat diartikan bahwa seseorang dalam melakukan suati tindakan atau perbuat berarti seseorang itu juga berani bertanggung jawab atas perbuatan yang telah diperbuat. Karena ada sebab ada akibat atau ada perbuatan ada juga tanggung jawabnya. Semua perbuatan pasti selalu ada konsekuensinya yang harus dipertanggung jawabkannya. Perbuatan juga ada yang baik dan juga ada yang tidak baik, begitu pula dengan tanggung jawabnya. Akan tetapi manusia yang hebat itulah yang berani bertanggung jawab atas segala perbuatannya dalam arti yang lain adalah manusia yang tidak pernah lari dari kenyataan dan tanggung jawab walaupun sepahit apapun kenyataannya.

Karena itu setiap manusia juga harus wajib memiliki sifat atau rasa tanggung jawab atas segala perbuatannya. Berpikirlah sebelum bertindak, berpikir konsekuensinya yang harus dihadapi atas perbuatannya. Berbuatlah atau betindaklah perbuatan yang baik-baik yang tidak melanggar norma dan hukum, karena konsekuensinya juga akan memperoleh kebaikan juga, dan sebaliknya perbuatan yang tidak baik maka konsekuensinya juga tidak baik tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jadilah manusia yang bertanggung jawab atas segala perbuatannya yang telah dilakukan, karena setiap kehidupan pasti aka nada perbuatan yang dilakukan dan setiap perbuatan pasti akan dimintai pertanggung jawabannya kelak nanti baik di dunia ataupun di akhirat.

Dengan menjadi manusia yang bertanggung jawab kehidupan dalam bermasyarakat akan selalu rukun dan nyaman tidak ada konflik-konflik besar yang terjadi, sedangkan kehidupan pribadi juga terasa lebih tenang dan nyaman karena hidup dengan penuh rasa tanggung jawab tidak ada perasaan salah dan ketakutan dalam kehidupan karena setiap perbuatan berani dipertanggung jawabkan baik di dunia dan di akhirat. Dengan menjadi manusia yang bertanggung jawab juga akan berdampak tidak adanya suatu sifat atau kejadian-kejadian fitnah atau menuduh orang lain,karena tidak perlu menuduh atau mencurigai seseorang andai saja setiap manusia memiliki rasa tanggung jawab

Manusia pasti harus berjuang dalam memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu, manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Sang Pencipta-nya.

Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya ia sudah menjadi bagian kehidupan dari manusia, karena setiap manusia pasti akan dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa dia agar melakukan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu : dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang berkepentingan dengan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakat.

Sebagai contoh, jika seseorang mencuri barang milik orang lain, kemungkinan di dunia tidak akan terjadi apa apa terhadapnya. Namun, ketika di akhirat nanti semua akan di pertanggung jawabkan dihadapan Allah swt. Jadi, berfikirlah sebelum melakukan sesuatu hal yang akan menjerumuskan anda ke dalam hal yang buruk.

Dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab itu adalah suatu kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain.